Gambar Rumah Sakit Jasa Kartini

Rumah Sakit Gading Pluit

Selasa, Kamis, Senin, Rabu, Jumat

Barlian Sutedja Spesialis Bedah Rumah Sakit Pluit Rumah Sakit Gading Pluit Selasa, Kamis, Senin, Rabu, Jumat 09:00 - 22:00

Senin, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu

Bernard S. Tjandra Spesialis Urologi Rumah Sakit Pluit Senin, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu 08:30 - 20:00

Spesialis Saraf, Universitas Indonesia

Siloam Hospitals Kebon Jeruk

Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Rumah Sakit Gading Pluit

Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat

Liek Sari Handikin Spesialis Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala dan Leher Rumah Sakit Pluit Rumah Sakit Gading Pluit Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat 11:00 - 19:00

Lie Khie Chen Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Pluit Selasa, Kamis, Sabtu 09:00 - 21:00

MRCCC Siloam Hospitals Semanggi

Mendirikan sekolah perempuan

RA Kartini merupakan putri dari Bupati jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, yang lahir pada 21 April 1879.

Karena latar belakang keluarganya, ia memiliki kesempatan untuk mendapat pendidikan yang layak.

Ia bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) dan belajar bahasa Belanda hingga usia 12 tahun.

Setelah itu, RA Kartini diharuskan tinggal di rumah atau dipingit. Artinya, ia tidak diperbolehkan keluar rumah dan melakukan aktivitas lain sampai menikah.

Selama menjalani pingitan, RA Kartini tidak berdiam diri. Ia tetap belajar mandiri dan menulis surat kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda.

RA Kartini juga menghabiskan waktunya dengan membaca buku, koran, dan majalah-majalah Eropa, yang kemudian mendorongnya untuk memajukan para perempuan pribumi supaya tidak lagi dipandang rendah.

Baca juga: Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan

Salah satu perjuangan RA Kartini dalam pendidikan adalah mendirikan sekolah perempuan.

Pada 12 November 1903, RA Kartini menikah dengan Bupati Rembang, KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.

Setelah menikah, ia diberi kebebasan untuk mendirikan sekolah perempuan oleh suaminya.

Sekolah ini berlokasi di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang (sekarang Gedung Pramuka).

Setiap pengerjaan akan melalui fase, mulai dari analisa tempat yang akan dibangun, proses perancangan desain serta pondasi, dan penyusunan RAB agar sewaktu bangunan mulai dibangun akan memberikan waktu yang cukup serta sesuai dengan kesepakatan bersama

From Wikipedia, the free encyclopedia

American instrumental rock band

Rumah Sakit was an instrumental rock band from San Francisco, California, United States. The group was signed to Temporary Residence Limited. "Rumah sakit" means "hospital" in Indonesian (lit. "sick house").

Rumah Sakit was founded in either late 1997 or early 1998 by Kenseth Thibideau (who played in Redlands and Tarentel) and other members of the group Redlands.[1] The group's debut album was self-titled and was issued in 2000; Allmusic described the album as "a heady mix of mathy time signatures and dense musical passages that craftily, oftentimes dreamily, intersect."[2] Rumah Sakit released a contribution to Temporary Residence's Travels in Constants series in 2001,[3] after which time they took a brief hiatus. In 2002, the group released Obscured by Clowns, whose name was inspired by the Pink Floyd album Obscured by Clouds.[4] Pitchfork Media noted that the album drew from "both jazz-based post-rock and math-rock",[5] and Allmusic likened it to Tortoise, Mogwai, Dinosaur Jr., Explosions in the Sky, and Black Dice.[6] After the release of Obscured by Clowns, the group went on another hiatus.[7] A live performance with Sweep the Leg Johnny recorded in December 2000 was also released in 2002.[3] They regrouped for live shows in 2005.[1]

Ada dua orang pria yang keduanya sakit parah, menempati ruang rumah sakit yang sama. Yang satu diizinkan duduk di tempat tidurnya selama satu jam setiap sore untuk membantu mengalirkan cairan dari paru-parunya. Tempat tidurnya berada di sebelah jendela kamar. Dan yang lain harus menghabiskan waktunya, berbaring di tempat tidur.

Mereka berbicara berjam-jam. Mereka berbicara tentang istri dan keluarga mereka, rumah mereka, pekerjaan mereka, keterlibatan mereka dalam dinas militer, dan di mana mereka berlibur.

Dan setiap sore ketika pria yang tempat tidurnya dekat jendela bisa duduk, dia akan melewatkan waktu dengan menceritakan kepada teman sekamarnya semua hal yang bisa dilihatnya di luar jendela. Pria di tempat tidur lainnya mulai antusias dia dapat merasakan keindahan hidup walupun itu hanya untuk sekejab, di mana dunianya akan menjadi indah dan dimeriahkan oleh semua aktivitas dan keberagaman warna di luar jendela rumah sakit.

Jendela itu menghadap ke taman dengan danau yang indah. Bebek dan angsa bermain di air sementara anak-anak mengarungi perahu mereka. Pasangan muda-mudi berjalan bergandengan tangan dengan bunga dari setiap warna pelangi. Pohon tua yang besar menghiasi taman, dan pemandangan cakrawala kota bisa dilihat di kejauhan.

Ketika pria di dekat jendela menggambarkan semua ini dengan sangat detail, pria di sisi lain ruangan akan menutup matanya dan membayangkan pemandangan yang indah itu.

Suatu sore yang hangat, pria di dekat jendela itu menggambarkan sebuah parade yang lewat di bawah. Meskipun pria yang di sisi lain tidak bisa mendengar band – dia bisa melihatnya di pikirannya ketika pria di dekat jendela menggambarkannya.

Minggu berlalu. Suatu pagi, seorang perawat datang membawa air untuk mandi dan ia menemukan mayat pria di dekat jendela, yang meninggal dengan tenang dalam tidurnya. Dia sedih, dan memanggil petugas rumah sakit untuk membawa mayat itu pergi.

Segera setelah tampaknya tepat dalam beberapa hari, pria yang satunya bertanya apakah dia bisa dipindahkan ke dekat jendela. Lalu perawat itu dengan senang hati memindahkan pria itu, dan setelah memastikan dia merasa nyaman, dia meninggalkannya sendirian. Perlahan-lahan, dengan menahan rasa sakit, dia menyandarkan tubuhnya pada satu siku untuk melihat pertama kali ke dunia luar. Akhirnya, dia akan senang dengan melihatnya sendiri.

Dia bergerak perlahan untuk berbalik dan melihat ke luar jendela di samping tempat tidur. Ternyata jendela itu menghadap ke dinding kosong. Pria itu bertanya pada perawat mengapa teman sekamarnya yang meninggal itu menggambarkan hal-hal luar biasa di luar jendela ini. Perawat itu menjelaskan bahwa pria itu buta, dan bahkan tidak bisa melihat dinding. Lalu perawat itu berkata, “Mungkin dia hanya ingin memberimu semangat dan harapan.”

Stories adapted from http://www.motivational-well-being.com/motivational-stories-9.html)

Rumah Sakit Royal Taruma

Selasa, Jumat, Sabtu, Senin, Rabu

Cindy Rani Wirasti Spesialis Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Royal Taruma Rumah Sakit Pluit Selasa, Jumat, Sabtu, Senin, Rabu 08:00 - 21:00

Kedokteran Umum, Universitas Kristen Indonesia

Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading

Selasa, Rabu, Jumat, Senin, Kamis, Sabtu

Ricky Yue Spesialis Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala dan Leher Kedokteran Umum, Universitas Katolik Atma Jaya Spesialis Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher, University of Santo Tomas Rumah Sakit Atmajaya Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading Rumah Sakit Pluit Selasa, Rabu, Jumat, Senin, Kamis, Sabtu 08:00 - 21:00

Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat

Peter Ian Limas Spesialis Bedah Rumah Sakit Pluit Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat 07:00 - 09:00

Rumah Sakit Grha Kedoya

Senin, Selasa, Kamis, Rabu

Budi Riyanto Spesialis Saraf Spesialis Saraf, Universitas Indonesia Rumah Sakit Pluit Rumah Sakit Grha Kedoya Senin, Selasa, Kamis, Rabu 09:00 - 20:00

Rumah Sakit THT dan Bedah Prof. Nizar